Hujan gerimis siang bolong kulukiskan dalam puisiku
sebagai air matamu dalam panasnya baka
Rinainya menghunjam alam nestapa tengah kaugeluti
Kucoba susun kata demi kata dari si mega
Moga saja menjadi sebait doa pelipur lara....atau
kudapatkan bahasamu dalam rangkaian kata - kata yang
tertebar di wajah rerumputan, pepohonan, lazuardi nan
memelas.....atau dalam rinai hujan
Tangan si malam menggapai bumi
Mulai menggamit segala kenangan kita kala lagu cinta
berkumandang
Sayup - semayup mengiris tubuh terbungkus dingin lusuh
Kusimpulkan semaput giris pada masa Ia merancang duniaku
Tapi rupanya kutawai diriku sendiri
Dan memang ada kesenjangan terjauh di antaranya
Hingga,...inikah semua jalan tertempuh yang kauharapkan ?
Ah,...betapa fikiran bicara teramat banyak, sesekali
disisipi senyum mentari, gandengan si purnama, kayuhan
pagi pengawal kehidupan yang siap diarungi
Fakta berjalan
Kita hanya mampu tercenung di sudut rancanganNya
Hujan gerimis siang bolong kulukiskan dalam puisiku
sebagai air matamu dalam panasnya baka
Oh!! Baka apakah yang kini kumasuki ?