|
masihAnakKu, Aku tlah menawar - nawar membeli engkau dengan darahKu yang tercucur di atas kayu salib Bukan semata - mata jasmani saja yang meronta, batin turut terobek AnakKu, lihatlah kembali tubuhmu Kini, terbebas dari lumpur dan limbah yang tak Kuinginkan Tlah Kubawa keluar kau dari rumah hitam berkisikan dosa.....mendera begitu lamanya melilitimu Kau berpandang dalam keliru Noda kau kira bekal dan cita dalam samudra kehidupan, hingga kaupelitur hari - harimu, kaupakai peralatan pemberiannya AnakKu, bukan Ku tak kirimkan cermin 'gar dapat kaupatut, kaupilah mana hitam, mana putih mana lezat, mana sepat Tapi kaubanting hingga pecah berantak tergores di lantai dunia Namun tak lama setelah kau terjatuh dalam jurang, perlahan kautepis kabut, mata hatimu membelalak lebar kepadaKu AnakKu, tlah tereja huruf demi huruf pergumulan dan kesulitan 'tuk tebar kelam tempat tinggalmu Maka saat ini pula kausediakan hatimu memalungkan aku Terima kasih anakKu Tapi kenapa elegi masih mengumandang ? Jakarta, 26 Agustus 1994 Poetry Ad-Free Upgrades Vote for this poem
|
|
| |||||||||||||||||||
|